Aceh Singkil | baranewsaceh.co. Tengah hiruk-pikuk aksi unjuk rasa yang terjadi di PT. Socfindo, suara lantang masyarakat dan pemuda asli setempat justru menyeruak membawa nada kekecewaan mendalam. Mereka bukan marah karena suara rakyat disuarakan—mereka geram karena yang bersuara bukan mewakili rakyat setempat, melainkan mewakili ambisi dan kepentingan kelompok tertentu yang justru ingin merusak kedamaian yang telah lama dibangun bersama.
Bagaimana bisa mereka yang tidak lahir, tidak besar, dan tidak pernah membangun relasi langsung dengan masyarakat sekitar perusahaan tiba-tiba datang membawa bendera “kepedulian sosial”? Ini bukan perjuangan, ini perampokan legitimasi rakyat. Mereka berbicara seolah tahu segalanya, padahal tak tahu apa-apa tentang realitas sosial yang ada.
Rudi, pemuda asli Desa Tulaan, berbicara bukan atas nama pesanan, melainkan atas nama pengalaman nyata. Ia dan masyarakat sekitar tahu betul bahwa PT. Socfindo bukan perusahaan yang acuh, justru hadir sebagai mitra sosial yang aktif: dari bantuan air bersih, sembako, alat berat, hingga program budidaya pemuda yang nyata dan menyentuh. Apakah itu tidak cukup menunjukkan bahwa PT. Socfindo bukan sekadar entitas bisnis, tapi bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lucunya, para pendemo mempertanyakan hal-hal seperti plasma dan pemindahan pabrik, tapi justru tidak menyasar akar masalah yang sebenarnya kebijakan pemerintah daerah. Kalau mau menuntut plasma, kenapa tidak ke kantor bupati? Kenapa tidak membawa tuntutan ke arah yang tepat? Jawabannya satu karena aksi ini sarat kepentingan tersembunyi.
Andi, pemuda Lae Butar, bahkan menyatakan dengan gamblang: “Kami menolak pabrik dipindahkan!” Ini bukan sekadar penolakan terhadap tuntutan, tapi penolakan terhadap gangguan terhadap ketenangan dan ketenteraman hidup mereka. Demo yang katanya memperjuangkan keadilan justru berubah jadi teror sosial bagi warga sekitar. Ini bukan aspirasi, ini intimidasi.
Pesannya jelas jika kalian ingin memperjuangkan sesuatu, silakan. Tapi jangan pernah mengatasnamakan kami—masyarakat yang tidak pernah kalian ajak bicara, tidak pernah kalian dengar, tapi kalian gunakan namanya untuk kepentingan kalian sendiri.
PT. Socfindo bukan sempurna, tapi keberadaannya telah nyata memberi manfaat. Bukan hanya untuk ekonomi, tapi juga untuk sosial dan lingkungan. Jangan jadikan perusahaan yang telah berbuat banyak untuk masyarakat menjadi kambing hitam bagi kepentingan politis sesaat. Jangan bakar rumah orang lain hanya karena kalian tidak bisa membangun rumah sendiri.
Jika suara rakyat adalah suara Tuhan, maka pastikan kalian memang benar-benar mendengar suara rakyat bukan gema dari ambisi pribadi.
Red: [Syahbudin Padank]