Oleh : Moh. Farhan Aziz , Mahasiswa Universitas Islam Malang Fakultas Ilmu Administrasi Prodi Administrasi Publik, Kader PMII Rayon Al-Fanani komisyariat Universitas Islam Malang
Dalam dunia kampus khusunya kampus NU ( unisma ) mahasiswa sudah mayoritas paham dengan aswaja baik itu secara pengertian maupun mendalami cara gerakannya. Sebaliknya dikampus umum paham aswaja menjadi minoritas karena kebanyakan mahasiswa di kampus umum kebanyakan awam dengan aswaja karena terdoktrin oleh perkembangan zaman yang semakin maju. Karena zaman yang semakin moderen membuat mahsiswa begitu tidak peduli dengan itu.
Aswaja merupakan salah satu teologi ke agamaan yang ada dalam islam. Menurut sejarahnya paham teologi ke agaaman ini di cetuskan oleh abu al hasan al-asy’ari dan imam Abu mansur al-Maturidi. Universitas islam malang yang bisa di sebut juga kampus hijau yang berdiri pada 27 maret 1981 berdirinya universitas islam malang di pelopori oleh para sarjana muslim yang berhaluan ahlul sunnah wal jama’ah.Universitas islam malang merupakan lembaga pendidikan tinggi yang berbasiskan NU karena memang di dirikan oleh ulama ulama besar NU. Tujuan didirikannya universitas ini adalah mencetak generasi -generasi yang cerdas dan mampu menyeimbangkan ilmu dunia dan akhirat lembaga ini tidak mencantumkan nama N U dalam nama universitas yang menandakan bahwa generasi-generasi yang akan datang lebih memilih penamaan dengan nama universitas islam malang (Unisma).
Pendidikan tinggi secara umum mengahadapi transformasi dramatis dalam dekade-dekade abad lalu terdapat bebrapa faktor pendorong perubahan ini seperti globalisme, multikultularisme, demokratisasi, internet dan politisasi, namun demikian tidak ada faktor yang jauh lebih besar dan penting pengaruhnya dewasa ini ketimbang kekuatan globalisme dengan globalisme kita merujuk pada dasarnya arus kapital, barang, jasa, informasi dan mobilitas manusia yang bersifat lintas negara, yang berarti semakin menguatnya peran dunia industri, yang disebut penyesuaian-penyesuaian berupa flektabilitas tenaga kerja dan merosotnya peran bangsa negara.
Organisasi yang baik bermutu bertolak dari visi, misi, dan tujuan. visi misi dan tujuan tersurat sangat jelas bahwa universitas islam malang mencita-citakan lulusan mempunyai pemahaman yang holistik berkaitan dengan ahlul sunnah wal jamaah tidak hanya paham tentang sejarah akan tetapi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Landasan mengusung visi, misi dan tujuan ahlul sunnah wal jamaah ini merupakan cita cita ulama besar yang telah mendirikan universitas islam malang (Unisma) dan juga merupakan langkah perjuangan melestarikan nilai-nilai keagamaan berlandasan ahlul sunnah wal jamaah. Perlu di perjelas dan di batasi makna aswaja dalam konteks universitas islam malang. Karna akhir-akhir ini banyak kita temukan berbagai elemen organisasi yang menanamkan diri “ASWAJA”. Namun fikrah nahdliya juga yang menjadi fikrahnya universitas islam malang berbeda dengan mereka yang banyak mengusung nama nama aswaja.Lulusan universitas islam malang yang di cita-citakan mempunyai karakter islam ahlul sunnah wal jamaah sudah seharusnya civitas akademika yang ada memahami nilai-nilai aswaja dan menerapkan nilai-nilai aswaja itu dalam pembelajaran di ruang kelas. Pembelajaran di kelas menjadi ukuran pembahasan mahasiswa. Oleh karna itu pengajar (dosen) harus meramu nilai-nilai aswaja ini dalam pembelajaran di kelas. Pemberian contoh secara langsung dalam konteks kehidupan pembelajaran di kelas akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa yang harus di sepakati antara dosen dengan mahasiswa. Tidak mendahulukan self-interest terhadap salah satu mahasiswa, adanya deskripsi yang jelas, menerapkan pembelajaranyang sesuai dengan kemampuan mahasiswa, dan adanya alat evaluasi yang jelas merupakan perbuatan yang bisa di lakukan di kelas, selain itu, menerapkan pemecahan bersama terhadap suatu persoalan, mengedepankan kebenaran bersama tidak menonjolkan egoisme dosen terhadap persoalan tertentu, menyeimbangkan antara materi yang ada di buku dengan konteks kehidupan masyarakat juga hal yang bisa di lakukan dalam rangka menerapkan nilai-nilai aswaja itu, singkatnya, penerapan nilai-nilai aswaja harus di sesuaikan dengan kondisi yang ada. Yang terpenting semangat atas nilai-nilai aswaja itu selalu ada dalam sanubari dosen setiap kali mengajar di kelas dan di kehidupan universitas islam malang.
Hal-hal yang bersifat doktrinal seyogyanya di tinggalkan karena kalau itu tetap dilakukan maka akan menjadi bahan yang hanya di pahami secara kognitif tanpa membawa dampak terhadap ranah efekti dan kehidupan sehari-hari. Chamami (2006) merumuskan aswaja dalam rangka membumikan pada diri pelajar dengan sebutan tri komunikasi yaitu antara orang tua, pelajar (mahasiswa), dan lembaga, pelajar confildent dengan dirinya sebagai seorang patuh terhadap ajaran aswaja, orang tua memberikan motivasi dan lembaga ikut mendukungnya, misalnya dengan pelatihan, praktek lapangan, atau berinteraksi dengan ulama dan belajar dengan referensi aswaja yang ada. Jelaslah bahwa nilai-nilai aswaja yang menjadi cita-cita universitas islam malang sebagaimana tertara dalam visi dan misi di tingkat masing-masing jurusan yang ada harus betul-betul mampu mengantarkan lulusan universitas islam malang (unisma) berkarakter islam ahlusunnah wal jamaah. Tidak hanya sekedar memasukkan aswaja mata kuliah wajib melainkan metodologi pengajaran di kelas kehidupan kampus baik dari civitas akademika dan mahasiswa yang ada tersistemik mengarah kepada nilai-nilai ahlusunnah wal jamaah itu. Sehingga penanaman nilai-nilai aswaja untuk mengantarkan lulusan berkarakter aswaja ini tidak hanya menjadi beban dosen agama saja melainkan semua dosen yang ada berkewajiban mengantarkan mahasiswa berkarakter ahlusunnah wal jamaah
Komentar